Jakarta, Siber24jam.com- Pelaku industri furnitur tanah air harus cepat mengubah haluan dari sisi pemasaran dengan tidak mengandalkan pasar global, tapi mulai mengoptimalkan potensi pasar domesti atau dalam negeri yang peluangnya saat ini semakin besar, apalagi total belanja pemerintah pada tahun 2022 ini sangat besar mencapai Rp 400 triliun.
Permintaan tersebut disampaikan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (MenkopUKM) Teten Masduki, di acara Musyawarah Nasional VII Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) di Jogja Expo Center, Daerah Istimewa Yogyakarta, Selasa (23/08/2022) lalu.
Teten mengatakan, industri furnitur dan kerajinan yang selama ini mengandalkan pasar ekspor harus mulai berbenah. Karena, di tengah kondisi global yang penuh dengan ketidakpastian saat ini, pasar ekspor akan mengalami gangguan dan industri furniture dan kerajinan harus mengubah haluan ke pasar dalam negeri.
Apalagi pemerintah kata Teten, memiliki kebijakan belanja pemerintah sebesar 40 persen untuk produk UMKM atau setara dengan Rp 400 triliun tahun ini yang dapat dimanfaatkan oleh industri furnitur dan kerajinan.
“Industri furnitur bisa mengambil bagian di bidang penyediaan furnitur sekolah. Nilainya lumayan, ada Rp54 triliun. Sebelumnya bangku sekolah harus SNI, tapi sekarang enggak perlu. Sekarang dipangkas. Kita akan optimalkan ini. Jadi mungkin tadi belanja pemerintah kita optimalkan dan setiap tahun akan lebih mudah,” kata Teten, dikutip dari laman resmi Kementerian Koperasi dan UKM, Rabu (24/08/2022).
Teten mengakui, nilai ekspor furnitur Indonesia pada kuartal I 2022 sudah mencapai lebih dari 1 miliar dolar AS. Jumlah ini dikatakan lebih tinggi 15,87 persen dari tahun sebelumnya di periode yang sama.
“Ekspor furnitur tersebut terdiri dari produk furnitur berbahan kayu yang mencapai 53,37 persen diikuti oleh furnitur rotan 7,24 persen, dan furnitur metal 3,95 persen dengan pangsa pasar Amerika Serikat,”ujarnya.
Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Asmindo Anggoro Ratmadiputro mengakui, industri permebelan dan kerajinan memang menghadapi masalah cukup berat yang merupakan dampak pandemi berkepanjangan. Hal ini berkaitan dengan pasar ekspor yang terganggu akibat beragam hal seperti inflasi global, geopolitik, dan lain sebagainya.
“Untuk menghadapi hal ini, kami berharap perhatian lebih dari pemerintah untuk hadapi situasi serius ini. Selama ini kita perhatikan pasar ekspor, saat ini kita harus mengubah haluan karena pasar ekspor sedang terdampak pandemi,” kata Anggoro.
Anggoro mengatakan, asosiasi harus menyiapkan strategi untuk menghadapi pasar ekspor yang belum membaik. “Kita harus menggarap dengan serius pasar dalam negeri karena masih dikuasai impor. Tentunya harus ada kerja sama dengan pemerintah agar produk anak negeri jadi tuan di negeri sendiri,”tutupnya. ***
Editor : Mochamad Yusuf
-
IDSF Gelar Webinar Series AI Knowledge untuk Sosialisasikan Pemanfaatan AI di Indonesia
-
Jelang Muscab Perbasi 2024 Sebelas Klub Basket Solid Dukung Yomi
-
Program Yankes Satgas Yonif 122/TS Dengan Berikan Penanganan dan Cek Warga Yang Sakit
-
STIH Adhyaksa Gelar Seminar Internasional Soroti ESG dan Perlindungan Data Menuju Indonesia Emas 2045
-
Rakyat : Biayai Plesiran Bupati Bogor ke Eropa Bisa, Benerin Pipa-Pipa yang Rusak Enggak?
-
Balok Girder Sudah Terpasang, Dinas PUPR Optimis Jembatan Otista Rampung Tepat Waktu
Berita Lainnya
Tags: 2022, Air, ATM, Daerah, Ekspor, indonesia, industri, Jakarta, Jogja, Kementerian Koperasi dan UKM, MU, PAI, PAN, pandemi, pemerintah, uang, UAS, UMKM, yogyakarta